Memahami Ragam dan Laras Bahasa

6 jam lalu
Bagikan Artikel Ini
img-content
Iklan

Mengenal ragam dan laras bahasa serta pentingnya penggunaan kata baku untuk komunikasi yang efektif dan sesuai konteks.

 

Bahasa merupakan jembatan utama dalam kehidupan manusia. Dengan bahasa, kita dapat mengekspresikan pikiran, menyampaikan ide, serta membangun hubungan sosial. Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan memiliki peran penting dalam menjaga keutuhan bangsa. Namun, agar bahasa dapat digunakan secara efektif, kita perlu memahami dua konsep penting dalam penerapannya, yaitu ragam bahasa dan laras bahasa.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Keduanya tidak hanya berkaitan dengan pilihan kata, tetapi juga dengan bagaimana kita menempatkan diri sesuai situasi, tempat, dan siapa lawan bicara kita. Pemahaman yang baik tentang ragam dan laras bahasa membantu kita berkomunikasi secara tepat, sopan, dan profesional.

1. Pengertian Ragam Bahasa

Secara umum, ragam bahasa adalah variasi bahasa yang muncul karena adanya perbedaan situasi, tempat, waktu, tujuan, dan hubungan sosial antara penutur dengan lawan bicara. Ragam ini menyesuaikan konteks komunikasi agar pesan dapat diterima dengan baik tanpa menimbulkan salah tafsir.

Misalnya, cara berbicara seorang guru di depan kelas tentu berbeda dengan cara ia berbicara kepada teman sejawat di ruang guru. Dalam konteks mengajar, guru akan menggunakan bahasa yang baku, jelas, dan teratur, sedangkan dalam percakapan santai, ia bisa menggunakan bahasa yang lebih akrab dan fleksibel.

Perbedaan inilah yang menunjukkan bahwa bahasa bersifat dinamis dan adaptif terhadap situasi sosial.

2. Jenis-jenis Ragam Bahasa

Ragam bahasa dapat dibedakan berdasarkan beberapa sudut pandang, di antaranya media, tingkat keformalan, dan bidang kegunaan.

a. Berdasarkan Media:

1. Ragam Bahasa Lisan
Digunakan dalam komunikasi langsung, seperti percakapan, wawancara, diskusi, atau pidato. Ragam ini sering disertai intonasi, ekspresi wajah, dan gerak tubuh.
Contoh:
“Ayo, kita berangkat sekarang sebelum macet!”


2. Ragam Bahasa Tulis
Digunakan dalam bentuk tulisan seperti surat, artikel, karya ilmiah, laporan, atau dokumen resmi. Ragam tulis lebih terikat pada aturan ejaan dan tata bahasa.
Contoh:
“Kegiatan rapat koordinasi akan dilaksanakan pada hari Senin, 28 Oktober 2025, pukul 09.00 WIB.”

 

B. Berdasarkan Tingkat Keformalan:

1. Ragam Baku (Formal)
Mengikuti kaidah Ejaan yang Disempurnakan (EYD), struktur kalimat yang benar, dan pilihan kata yang tepat. Digunakan dalam situasi resmi seperti rapat, surat dinas, atau pidato.
Contoh:
“Mohon seluruh peserta hadir tepat waktu untuk menjaga ketertiban acara.”


2. Ragam Tidak Baku (Nonformal)
Digunakan dalam percakapan sehari-hari yang bersifat santai. Biasanya lebih bebas dan tidak sepenuhnya mengikuti aturan bahasa.
Contoh:
“Eh, nanti sore nongkrong di mana, nih?”

c. Berdasarkan Bidang Penggunaan:

Setiap bidang memiliki ragam bahasa khusus, misalnya:

Ragam bahasa ilmiah untuk karya tulis akademik

Ragam bahasa jurnalistik untuk media massa

Ragam bahasa hukum untuk dokumen perundang-undangan

Ragam bahasa sastra untuk karya fiksi atau puisi


Keragaman ini menunjukkan kekayaan dan fleksibilitas Bahasa Indonesia dalam menyesuaikan diri dengan kebutuhan komunikasi di berbagai bidang.

3. Fungsi Kata Baku

Kata baku merupakan unsur penting dalam menjaga mutu dan kejelasan berbahasa. Fungsinya antara lain:

1. Menjaga keseragaman bahasa nasional agar mudah dipahami oleh masyarakat di seluruh Indonesia.


2. Mencegah salah tafsir karena setiap kata baku memiliki makna yang jelas dan tetap.


3. Menunjukkan profesionalitas dalam berkomunikasi, terutama di lingkungan akademik, pemerintahan, dan bisnis.


4. Mencerminkan sikap menghargai lawan bicara, karena penggunaan kata baku menunjukkan kesopanan dan keseriusan dalam bertutur.

 

Contoh kata baku dan tidak baku:

Aktif (baku) — aktip (tidak baku)

Apotek (baku) — apotik (tidak baku)

Risiko (baku) — resiko (tidak baku)


Dengan membiasakan diri menggunakan kata baku, kita turut melestarikan Bahasa Indonesia yang benar dan bermartabat.

4. Contoh Ragam Bahasa Baku dan Formal

Ragam bahasa baku banyak digunakan dalam konteks resmi, misalnya:

 “Diharapkan seluruh peserta seminar hadir lima belas menit sebelum acara dimulai.”

Kalimat tersebut memenuhi ciri bahasa baku: struktur kalimat jelas, pilihan kata tepat, serta nada formal yang menunjukkan rasa hormat.

Berbeda dengan bahasa tidak baku yang mungkin berbunyi:

 “Teman-teman jangan telat, ya, seminarnya mau mulai.”

 

Meskipun maknanya sama, perbedaan ragam bahasa menunjukkan tingkat kesopanan dan keformalan situasi.

5. Pengertian Laras Bahasa

Selain ragam, bahasa juga memiliki laras, yaitu variasi bahasa yang digunakan sesuai bidang kegiatan atau profesi tertentu. Laras bahasa muncul karena setiap bidang memiliki istilah dan gaya komunikasi khas.

Contohnya:

Laras ilmiah → menggunakan istilah seperti variabel, hipotesis, observasi.

Laras hukum → menggunakan istilah seperti terdakwa, keputusan, pasal.

Laras ekonomi → menggunakan istilah seperti investasi, inflasi, laba rugi.

Laras jurnalistik → memakai bahasa yang singkat, padat, dan mudah dipahami oleh masyarakat luas.


Pemahaman terhadap laras bahasa membantu kita menyesuaikan diri dengan konteks profesi atau bidang ilmu yang kita tekuni. Dengan demikian, pesan yang disampaikan menjadi relevan, tepat sasaran, dan tidak menimbulkan salah tafsir.

6. Pentingnya Memahami Ragam dan Laras Bahasa

Menguasai ragam dan laras bahasa bukan hanya soal tata bahasa, tetapi juga kemampuan berempati dan beradaptasi dalam berkomunikasi. Dengan memahami kapan harus menggunakan bahasa formal atau santai, kita dapat:

Menunjukkan etika dan sopan santun dalam berbahasa

Menyesuaikan diri dengan situasi sosial dan profesi

Menghindari kesalahpahaman makna

Menjadi penutur bahasa yang cerdas dan berwibawa

 

Penutup

Bahasa Indonesia yang baik dan benar bukan sekedar slogan, namun tanggung jawab bersama untuk menjaga martabat bahasa nasional. Ragam dan laras bahasa menjadi cerminan kecerdasan serta kepekaan kita terhadap konteks komunikasi.

Dengan memahami dan menerapkannya, kita tidak hanya menjadi pengguna bahasa yang efektif, tetapi juga ikut memperkuat jati diri bangsa melalui komunikasi yang sopan, jelas, dan bermak

Bagikan Artikel Ini
img-content
M.DENI.K

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler